MENJADI MOMENTUM UMAT BERAGAMA “MENELADANI RASULULLAH SAW TENTANG PENTINGNYA PERSATUAN DALAM KERAGAMAN “

   2024-09-18     Dilihat : 253

(Refleksi Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw Tahun 2024 M/1446 H.)

Oleh: Umar Yahya

I. PENDAHULUAN 

Umat Islam di dunia  tengah memperingati  hari lahir atau  Maulid Nabi Muhammad SAW. Muslim penduduk  yang terbesar di Indonesia menjadikan tradisi Maulid Nabi Muhammad Saw.Khususnya di Kementerian Agama yang memiliki tugas dan fungsi layanan Pendidikan dan keagaman serta tata Kelola pemerintahan yang baik (good gavernance).nterian a Suatu prinsip pengelolaan pemerintahan yang beroientasi kepada pencapaian keputusan dan prosesnya yang dapat dipertanggung jawabkan. Sejatinya jajaran Kementerian Agama menjadi terdepan mengusung tema persatuan umat. Seyogyanya Kementerian  Agama mempelopori  dan berkomitmen bahwa Maulid Nabi Saw. bukan hanya momentum mengenang kelahiran Rasulullah SAW tetapi juga menghayati ajaran-ajaran luhur yang disampaikan.

Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai hamba Allah, pemimpin umat, hingga sebagai negarawan yang membangun masyarakat Madinah dengan prinsip keadilan, toleransi, dan kasih sayang. Peringatan Maulid Nabi SAW mengandung makna yang dalam bagi Indonesia. Sosok Rasulullah mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman. Rasulullah mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk hidup berdampingan, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dihormati. Di Madinah, lannjut Menag, Rasulullah membangun masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman suku dan agama.

Sudah seharusnya umat Islam, terus berupaya menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang rukun, damai, dan berkeadilan. Sebagai bangsa yang beragama Umat beragama harus terus mengamalkan moderasi beragama agar tercipta kehidupan yang harmonis dan saling menghargai. Inilah kunci dari kebersamaan dan perdamaian yang berkelanjutan. Menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk memperkuat komitmen umat beragama dalam meneladani akhlak Rasulullah, baik dalam hubungan kita dengan Allah, hubungan antarsesama manusia, maupun dalam menjaga bangsa dan negara.

Melalui peringatan ini, semoga umat beragama dapat terus meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mengaplikasikan ajaran-ajaran beliau dalam setiap langkah kehidupan.Pemimpin akan Sukses jika Meneladani Kepemimpinan Rasulullah. Ini akan menjadi catatan khusus sebagai refleksi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1446 H – 16 September 2024 M yakni dalam  soal Kepemimpinan. Pemimpin akan sukses memimpin anggota (rakyat) nya, bila ia mengikuti pedoman dari Allah SWT, yakni kepemimpinan model Rasulullah Muhammad SAW.

Dewasa ini kemajuan manusia telah memasuki ambang babak yang ketiga atau dikenal sebagai awal millenium ketiga, yang menurut perkiraan Jacues Attali (mantan penasehat ekonomi berkas presiden Italia, Franscois Miterand), bahwa era ini akan ditentukan oleh menang dan kalah. Betapa tidak, dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, jarak diukur dengan ukuran waktu. Dunia disempitkan dengan teknologi kominukasi. Seorang nasabah bank tidak membutuhkan waktu dan tenaga hanya untuk sekedar membayar tagihan listrik, ponsel, dan lain-lain. Hanya dengan mengklik perintah pada komputer mereka. Sudah dapat melakukan transaksi jual beli barang dan jasa. Dengan teknologi informasi ini pula  manusia dapat mengetahui hampir seluruh peristiwa yang terjadi di belahan bumi manapun.

Untuk itu, Umat beragama untuk meneladani Nabi Muhammad SAW yang diturunkan oleh Allah ke muka bumi untuk dijadikan suri tauladan terbaik di seluruh dunia bukan hanya di zaman dulu tapi juga sampai hari kiamat. Keteladani Nabi Saw. Ditunjukkan dalam  4 (empat)  sifat mulia Rasulullah: Shiddiq (jujur),Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan kebenaran), dan Fathonah (cerdas).

II. PEMBAHASAN

Nabi Muhammad SAW diturunkan oleh Allah ke muka bumi untuk dijadikan suri tauladan terbaik di seluruh dunia bukan hanya di zaman dulu tapi juga sampai hari kiamat. Seorang pribadi yang muslim yang sukses harus seperti Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan yang terbaik. Seperti disampaikan Michael Hart di Buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan di urutan pertama tokoh yang paling berpengaruh di dunia itu adalah Nabi Muhammad SAW sosok yang sangat dimuliakan.

Itulah Nabi yang menjadi suri teladan seperti termaktub dalam salah satunya pada surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya, sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Kepemimpinan Rasulullah  mampu memberi pesan penting tentang kepemimpinan nasional dengan role model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Suatu ciptaan (makhluk) hanya akan sukses, bila ia menjalankan kehidupannya berdasarkan pada pedoman (manual, guidelines) yang dibuat oleh penciptanya (Allah SWT, Tuhan YME)’ Meskipun kaya raya, hidup sederhana harta dan ilmu nya untuk kemaslahatan umat manusia dan alam semesta, menyayangi Umat (rakyat) nya lebih dari mencintai diri, keluarga, apalagi kelompoknya.

Dalam refelksi Maulid Rasulullah Saw, memberi penyampaian renungan  terkait janji (komitmen) Allah SWT bagi Muslim dan Muslimah yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.Di dalam Al-Qur’an bertaburan janji (komitmen) Allah SWT bagi Muslim dan Muslimah yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Beberapa referensi dalam Alquran anatara lain  menyebutkan yang artinya:

  1. 1. “Dialah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa …” (QS. Al-Hadid [57]: 4).

  2. 2. “Dialah (Allah) yang menciptakan kamu, lalu diantara kamu ada yang kafir dan di antara kamu juga ada yang mukmin …” (QS. At-Tagabun [64]: 2)

  3. 3. “Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan (dihidupkan kembali). Katakanlah (Muhammad), tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitahukan semua yang telah kamu kerjakan (di dunia). Dan, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. At-Tagabun: 7).

  4. 4. “….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS. At-Talaq [65]: 2).

  5. 5. “Dan dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. …Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At- Talaq: 3).

  6. 6. “…. Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (QS. At-Talaq: 4).

  7. 7. …., barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS. At-Talaq: 5).

  8. 8. “…Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan (takwa, amal saleh), niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya, dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Tagabun: 9).

  9. 9. “Dan sekiranya penduduk suatu beriman dan bertakwa (keapda Allah), pasti Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah (kemajuan, kesejahteraan, kedamaian, dan kedaulatan) dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami (Allah), maka Kami siksa mereka sessuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf [7]: 96).

Refleksi Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw Tahun 2024 M/1446 H. Menjadi momentum umat beragama dengan meneladani Rasulullah saw terhadap pentingnya persatuan dalam keragaman di antaranya :

  1. 1.Bila dipahami bahwa ada orang kafir, munafik, atau orang yang menentang (berbuat maksiat) kepada Allah, tetapi kehidupan dunianya nampak sukses, seperti jabatannya tinggi, hartanya berlimpah, dan/atau popularitasnya menjulang (tersohor), maka, itu namanya ‘istidraj’, yakni Allah membiarkan (menguji) dia. Jika, dia tidak segera bertobat, maka Allah akan mengadzabnya di dunia ini atau di akhirat kelak.

  2. 2. Takwa adalah mengerjakan semua perintah Allah, dan menjauhi setiap larangan-Nya. Perintah Allah itu bukan hanya berupa ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, dan haji. Tetapi, juga ibadah ghaira mahdhoh seperti membaca, menuntut dan mengamalkan ilmu, rajin bekerja, menolong sesama, senyum, sedekah, infak, menyingkirkan duri dari jalan, olah raga, tidak ada rasa dengki, tidak sombong, toleran dan hidup harmonis dengan non-Muslim, menjaga lingkungan hidup, dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

  3. 3. Kenikmatan (rezeki) Allah yang diturunkan ke dunia hanya satu persen. Sisanya (99)-nya disediakan Allah di surga di akhirat kelak (Hadits Nabi Muhammad SAW).

  4. 4. ” …Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa …” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

  5. 5. Prof Muslim mengemukakan, bukan berarti Muslim yang beriman dan takwa tidak boleh jadi kepala negara. “Sangat dianjurkan, tetapi jangan jadi kepala negara (pemimpin) seperti Firaun (pembohong, zalim, dan penuh maksiat). Jadilah pemimpin yang capable, shidiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Seperti Nabi Muhammad SAW, Khulafah Rasyidin, Umar bin Abdul Azis, Harun Al Rasyid, dan Muhammad Al Fatih (Sultan Mehmed II).

Bila ditambahkan dalam uraian di atas, “Bukan berarti kita tidak boleh jadi orang terkaya. Sangat boleh. Tapi, jangan seperti  Qorun. Jadilah seperti  Abudrrahman bin Auf, Sayidina Utsman bin Affan.

Bagi umat Islam, kesadaran tersebut harus berkaitan erat dengan keyakinan Alqur’an yang diwahyukan dan pemahaman mengenai kehidupan alam semesta yang diciptakan. Di dalam keduanya terkandung kebenaran absolut, sehingga dituntut kemampuan akal manusia untuk kemudian mengelaborasi dari kedua unsur tersebut. Perbenturan antara sains dan agama yang selama in dipandang dikotomis terhadap adanya perbedaan antara sains dan agama menjadi semakin usang, setelah dilakukan upaya untuk mengarahkan kajian pada keterpaduan yang harmonis antara sains dan agama. Kecenderungan sekarang adalah menuju pada pada satu sintesa atau  penggabungan bukan dianalisis pada perbedaan yang dapat mengarah kepada konflik. Dalam dunia Islam sains telah diarahkan pada suatu kajian terhadap kebenaran Alqur’an sebagai pedoman hidup manusia. Dalam konteks tersebut sains dipandang sebagai “sebuah metodologi obyektif yang mengukuhkan fakta-fakta yang dapat dibuktikan.

Untuk itu, Umat beragama berkeyakinan untuk sukses dan bahagia. kunci utama adalah  meneladani Nabi Muhammad SAW dan dijadikan sebagai suri tauladan terbaik. Keteladani Nabi Saw. Ditunjukkan dalam 4 (empat)  sifat mulia Rasulullah: melalui sifat Shiddiq (jujur),Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan kebenaran), dan Fathonah (cerdas) sebagai hal penting dan utama meraih kesuksesan.

III. PENUTUP

Hal di atas dapat memberi pemahaman  dan penegasan, bukan berarti seseorang tidak boleh menjadi llmuwan ataun teknokrat. “Harus jadi. Tapi, jangan seperti  Haman. Jadilah Ilmuwan atau teknokrat sperti Sayidina Ali bin Abi Thalib, Ibu Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dan ilmuwan berkelas dunia dan iman taqwa kokoh lainnya.

Produk-produk pemikiran bangsa Barat tidak selamanya Islami. Ditemukan dikotomi keilmuan, ketidaksamaan prinsip dasar dalam berfikir ilmiah antara pemikirannya dengan prinsip qur’ani. Landasan sarjana Barat di dalam usaha mengembangkan sains tidak terlepas dari nilai yang mereka anut, yaitu terpisahnya masalah dunia dan masalah agama, sebagai reaksi yang berlebih-lebihan terhadap tindakan beberapa oknum agamawan di zaman kegelapan, yang tidak menghambat kebebasan  berfikir dan  perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis : Umar Yahya | Editor : Umar Yahya